"Ketika
ibumu bangkit dari tempat duduknya untuk pergi ke kamarnya, tanpa
sengaja ia telah menyenggol mutiara tersebut dan menyebabkan mutiara itu
terjatuh dari meja. Kebetulan angsa ini lewat, lalu ia mematuk mutiara
tersebut dan menelannya."
Semua orang
yang menyaksikan kejadian ini meragukan kata-kata bhiksu tersebut. Sang
menantu menyarankan agar perut angsa itu dipotong untuk membuktikan
kebenarannya. Ketika mereka melakukannya, mereka benar-benar menemukan
mutiara dalam perut angsa.
Dengan
menyesal, anggota keluarga tersebut berlutut di depan sang bhiksu dan
memohon pengampunan, terutama anak lelaki perempuan tua tersebut yang
merasa sangat menyesal. "Anda melihat, angsalah yang menelan mutiara
tersebut. Mengapa Anda lebih memilih dipukuli daripada menyatakan kepada
kami hal yang sebenarnya?" gumamnya.
Sang
bhiksu menjelaskan, "Saya khawatir kalau Anda akan memotongnya untuk
mengeluarkan mutiara tersebut. Tetapi, sayangnya, Anda tetap
melakukannya ."
----------------------------------------------------------
Pesan Master Cheng Yen:
Sang
bhiksu menahan kepedihan karena kesalahpahaman dan dipukuli demi
menyelamatkan jiwa angsa. Bahkan, ia mengorbankan nyawanya untuk membela
binatang tersebut. Jiwa yang tidak mementingkan diri sendiri ini
benar-benar patut kita hargai.
Dalam
berinteraksi dengan orang lain pada kehidupan kita sehari-hari, kita
harus selalu mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan
diri. Dengan cara ini, kita menguntungkan orang lain dan diri kita, juga
menciptakan dunia yang dipenuhi dengan perbuatan dan niat yang baik.
|