Motivational Stories
1.Kata Motivasi Bekerja
Berikut adalah tujuh kata - kata motivasi yang ada kaitannya dengan memotivasi semangat kita dalam bekerja.
"Jangan pernah mengharapkan hal-hal terjadi begitu saja. Berjuang dan buatlah hal itu terjadi.
Jangan pernah mengharapkan anda akan diberikan nilai yang baik. Ciptakanlah nilai anda sendiri."
"Berupaya itu sangat penting, tetapi mengetahui dengan jelas dimana untuk melakukan upaya dalam hidup anda akan dapat membuat perbedaan."
"Terjatuh itu bukan berarti kalah.. Kalah itu disaat kamu menolak untuk bangun.."
"Visi mengontrol bagaimana cara kita berpikir, dan juga cara kita bertindak.. visi yang kita miliki tentang pekerjaan kita menentukan apa yang kita lakukan dan kesempatan kita yang kita lihat atau tidak lihat."
"Kita semua ini berada di selokan, tetapi beberapa dari kita yang sukses adalah mereka yang melihat bintang."
"Motif yang paling penting untuk bekerja baik dalam sekolah dan dalam hidup adalah kenikmatan dalam bekerja, kepuasan akan hasilnya, dan pengetahuan akan nilai hasilnya terhadap masyarakat."
"Ada dua hal yang dituju dalam hidup, untuk mendapatkan apa yang anda inginkan; dan, setelah itu untuk menikmatinya. Namun hanya mereka manusia yang bijaksana saja yang bisa mencapai hal kedua itu."
2.Dongeng Motivasi Emas dan Ular
Dahulu kala ada seorang petani miskin yang mesti berjuang keras untuk memajukan kehidupannya. Namun meskipun ia terus bekerja dan berhati-hati dalam melakukan pengeluaran, ia tetap saja tak mampu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, selalu saja pas-pasan.
Suatu malam, dalam tidurnya ia bermimpi ada suara yang berkata: "Jika ada sesuatu di dunia ini yang begitu sulit untuk kamu dapatkan, maka suatu waktu hal itu akan muncul begitu saja di hadapanmu." Dan petani inipun terbangun dari tidurnya. Dia kemudian berharap bahwa ketika ia bangun di suatu pagi, ia akan menemukan harta yang berlimpah di rumahnya sendiri. Dengan begini, tidak diragukan lagi bahwa kekayaan itu memang dimaksudkan untuknya.
Beberapa hari berlalu, ketika ia sedang dalam perjalanan, bajunya tersangkut pada semak-semak berduri yang tumbuh di sekitar ladang, Tak ingin kejadian yang sama terulang, dia pun bermaksud membabat habis semak belukar itu. Namun ketika ia mencabut akar dari semak itu, di bawahnya ia menemukan sebuah kendi. Dibukanya tutup kendi itu, dan alangkah kagetnya si petani ketika mengetahui bahwa di dalam berisi begitu banyak kepingan emas. Pada mulanya hati petani miskin ini berteriak girang, namun setelah beberapa menit berpikir, ia kemudian berkata: "Oh aku memang ingin sekali menjadi kaya. Tapi aku telah meminta agar harta itu muncul di gubuk kecilku, akan tetapi aku justru menemukannya di ladang ini. Oleh karenanya aku takkan mengambil kendi ini berisi emas. Kendi ini tidak ditakdirkan untukku."
Lalu petani itu pun meninggalkan kendi di tempat ia menemukannya dan kembali berjalan pulang. Sesampainya di rumah ia pun menceritakan penemuannya kepada istrinya. Istrinya pun marah besar atas kebodohan sang suami meninggalkan harta itu di ladang. Dan ketika si petani tidur, istrinya pun pergi ke rumah tetangga dan mengatakan segalanya. "suami saya yang begitu bodohnya justru meninggalkan harta itu di ladang dan bukan membawanya pulang. Pergi dan ambillah harta itu untukmu dan bagilah denganku."
Tetangga itu pun sangat senang dengan saran ini, dan tak menunggu lama ia pun menuju ke tempat yang dimaksud oleh istri petani. Disibaknya semak-semak belukar, dan ia memang menemukan kendi itu masih berada disana. Diangkatnya dan ditengoknya ke dalam kendi itu. Namun alangkah panik dan marahnya ia ketika melihat bahwa kendi itu ternyata tidak berisikan kepingan emas seperti yang diceritakan oleh istri petani melainkan penuh dengan ular berbisa.
"Perempuan licik. Dia pasti hendak menjebakku. Dia berharap aku memasukkan tanganku ke dalam hingga aku digigit dan mati keracunan oleh bisa ular." pikirnya marah.
Jadi iapun kembali menutup kendi itu dan membawanya pulang. Dan pada saat tengah malam tiba, dengan diam-diam dia mendatangi rumah petani miskin tetangganya. Dia melihat sebuah jendela yang terbuka. Dengan sigap dipanjatinya. Dikeluarkannya ular-ular berbisa itu dari dalam kendi, dan iapun kembali pulang.
Ketika fajar tiba, petani miskin yang pertama kali menemukan kendi tersebut, bangun untuk memulai hari. Ketika ia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, dilihatnya setumpuk koin emas berhamburan di bawah jendela rumahnya. Dalam hati ia mengucap rasa syukur sembari berkata: "Akhirnya aku bisa menerima kekayaan ini, mengetahui bahwa mereka pasti ditujukan untukku, karena mereka muncul di rumahku sendiri, seperti yang aku harapkan!"
***
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita dongeng diatas?
Tentu saja bukan tentang mimpi si petani dimana harta itu tiba-tiba akan datang dengan sendirinya.
Tidak bukan itu.
Tapi pelajaran tentang bagaimana kita ini manusia haruslah pandai-pandai dalam melihat dan mencermati sebuah kesempatan yang ada. Namun telaahlah saat kita mengambil kesempatan itu sendiri, jangan sampai apa yang kita ambil itu merupakan hak milik orang lain. Seperti misalnya si petani miskin yang menolak mengambil kendi berisi emas saat ia menemukannya di ladang. Dia dapat melihat itu memang merupakan sebuah kesempatan, tapi dia merasa kesempatan itu memang belum diperuntukkan untuknya. Dia menemukan emas itu di ladangnya, bisa saja emas itu milik orang lain.
Memang ada sebuah pepatah 'siapa cepat dia yang dapat', tapi apakah anda bisa hidup bahagia dengan bersenang-senang di atas derita orang lain?
Namun pada saat kesempatan itu telah datang, dan anda yakin kesempatan itu memang diperuntukkan untuk anda, maka jangan tunggu lagi. Segera raihlah kesempatan itu.
Oleh karenanya, selalu bukalah mata anda. Tengoklah sekeliling anda, kesempatan itu mungkin kini ada di depan anda hanya saja anda kurang melihatnya.
3.Keseimbangan Hidup
Coba anda bayangkan hidup itu bagaikan sebuah permainan juggling dengan lima bola. Adapun anda menamakan bola-bola ini sebagai: pekerjaan, keluarga, kesehatan, teman, dan nilai spiritual (disini saya mengartikannya sebagai agama), dan anda mencoba untuk mempertahankan agar mereka semua tetap berada di udara. Namun anda akan segera memahami bahwa pekerjaan itu bagaikan bola karet. Jika anda menjatuhkannya, ia akan bangkit kembali. Tetapi empat bola lainnya, keluarga, kesehatan, teman dan nilai spiritual merupakan bola kaca. Jika anda menjatuhkan salah satunya, maka tidak diragukan lagi akan ada yang lecet, rusak, atau bahkan hancur. Dan saat anda menggenggamnya kembali di tangan, anda akan menemukan bahwa mereka tidak sama lagi dan selamanya tidak akan pernah sama. Anda harus memahami hal tersebut dan berusaha untuk tetap menjaga keseimbangan dalam hidup anda.
Kerja memang penting, namun tanpa menjaga keseimbangan hidup anda, anda tak akan meraih kebahagiaan sejati.
Tanpa agama yang selalu dapat menuntun moral anda, maka anda akan dengan mudahnya melenceng. (Contoh nyatanya yah liat aja para koruptor)
Tanpa keluarga yang harmonis apa gunanya hasil kerja keras anda? Anda tidak mungkin kan hanya menikmatinya sendiri. Kepuasan akan hasil kerja anda, bukan di dapat hanya dengan melihat keberhasilan kerja itu. Tapi kepuasan dengan mengetahui bahwa keberhasilan kerja keras anda, dapat anda nikmati bersama keluarga. Bukan dalam artian hanya dengan memberi mereka sejumlah uang, atau menyediakan kebutuhan mereka lalu selanjutnya anda pergi lagi, tetapi anda benar-benar menikmati bersama mereka.
Tanpa kesehatan percayalah pekerjaan apapun yang sedang anda lakukan, itu tak akan berlangsung lama.
Salah satu hal yang juga sangat penting dalam hidup adalah sosialisasi, teman mungkin tidak jauh berbeda dengan keluarga. Mereka ada untuk menemani dan menyertai anda dalam perjalanan hidup. Seseorang yang tegas dan kokoh sekalipun pasti suatu saat membutuhkan tempat untuk bersandar disaat dia mulai lelah.
Yakinlah bahwa sukses dalam hidup masihlah belum lengkap jika anda hanya sukses dalam bekerja akan tetapi gagal dalam menjalin hubungan dengan aspek-aspek hidup lainnya.
4.Renungan Kisah Pencuri Kecil
Di sebuah hutan rimba yang lebat terdapat sebuah kota hewan yang dihuni oleh berbagai macam hewan-hewan. Kota kecil itu begitu tenteram, namun ada satu peraturan penting yang bila dilanggar maka hukumannya sangat berat. Yaitu mereka tidak boleh mencuri terhadap sesama penghuni kota.
Hingga suatu hari ada seekor kancil muda yang tertangkap oleh anjing penjaga saat dia hendak melancarkan aksi pencuriannya. Dia pun dibawa ke tengah hutan untuk menerima hukuman dari Raja Hutan, namun ketika hendak diadili, dia meminta untuk dipertemukan terlebih dahulu dengan ibunya. Permintaan ini disetujui. Ibu kancil pun segera dipanggil, dan ketika sang ibu telah datang, anaknya berkata: "Aku ingin membisikkan sesuatu padamu, Bu," ibu kancil berjalan mendekatinya. Ketika telinga ibunya telah begitu dekat dengan mulutnya, tiba-tiba kancil muda ini menggigit telinga ibunya.
Beberapa hewan lain yang ikut menyaksikan kejadian ini menjadi terkejut, dan bertanya pada si kancil muda kenapa dia bisa tega berbuat kejam itu kepada ibunya sendiri.
"Ini hukuman untuknya," jawab si kancil ringan. "Saat aku masih kecil dulu, dan mulai mencuri beberapa barang kecil, aku membawanya pulang dan menunjukkannya pada ibuku. Tetapi dia sama sekali tidak mengomeli atau menghukumku, dia hanya tertawa dan berkata bahwa takkan ada yang menyadari perbuatanku. Dan karena dialah aku berdiri disini saat ini."
***
Bisa anda bayangkan bagaimana seandainya anda yang sebagai orangtua melihat anak anda berakhir seperti itu?
Seandainya anak kita berbuat sebuah kesalahan, mungkin kira-kira kita akan berkata "Kenapa dia bisa berbuat seperti itu?", "Darimana dia belajar melakukan hal buruk seperti itu?".
Namun bagaimana bila jawaban dari pertanyaan terakhir yang saya tanyakan itu adalah anda sendiri sebagai orangtuanya. Punya bayangan apa yang akan anda katakan pada diri sendiri?
Banyak yang bilang anak itu seperti sebuah kanvas putih, yang untuk kita akan begitu mudah meninggalkan jejak lukisan apa saja. Anak itu memiliki hati pikiran yang masih bersih dan bagaikan sebuah sepon, yang untuknya akan begitu mudah menyerap apa saja hal-hal pertama yang diketahuinya.
Seorang teladan yang baik sangatlah penting. Dimana dia menunjukkan kita arah dan tujuan yang benar. Menginspirasi kita untuk mencapai impian, dan ketika situasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, dia ada untuk berbagi pikiran bagaimana cara mengatasi jalan buntu ini.
Dan selama kita berada dalam posisi sebagai seseorang yang memiliki pengaruh terhadap orang lain, entah itu kita sebagai orang tua terhadap anak, atau atasan terhadap bawahan, kita haruslah berhati-hati. Ingatlah kita akan selalu saja di awasi.
Namun betapa ironis terkadang pemimpin itu sendiri meremehkan pengaruh yang mereka miliki terhadap pengikut dan bawahan mereka. Terkadang orangtua tidak menyadari bagaimana perilaku mereka sendiri berpengaruh terhadap perkembangan anak masing-masing.
5.Tips Cara Memaafkan
Kisah ini dimulai ketika ada seekor ular yang membuat lubang untuk tempat tinggalnya di dekat teras rumah salah satu penduduk setempat, yang kemudian menggigit anak bayi pemilik rumah dan mengakibatkan luka sangat fatal yang berujung kematian. Si pria yang tengah berduka atas kehilangannya ini, memutuskan untuk membunuh ular itu.
Keesokan harinya pria ini menunggu di dekat lubang, hingga ketika ular tersebut keluar untuk mencari makanan, dia segera mengayunkan kapak mencoba memotong tubuh ular. Namun karena terlalu tergesa-gesa dia pun meleset, dia hanya memotong ujung ekornya dan bukan kepalanya.
Setelah beberapa saat berlalu, pria ini mulai khawatir, dia takut apabila ular ini akan balik menggigitnya pula, dan demi berusaha untuk mendamaikan keadaan dia pun meletakkan roti dan garam di lubang ular itu.
Melihat hal ini, ular tersebut berkata: "Mulai sekarang takkan bisa ada perdamaian antara kita; karena disaat aku melihatmu, aku akan teringat tentang ekorku yang putus, dan sementara saat engkau melihatku, kamu akan berpikir tentang kematian anakmu."
***
Dari dongeng di atas menyiratkan bagaimana ketika kita dilukai oleh seseorang, kita takkan pernah bisa benar-benar melupakan luka itu ketika berhadapan lagi dengannya. Apakah hal ini benar? Bisa yah... Bisa tidak... Semuanya balik lagi ke pribadi masing-masing, apakah kita seseorang yang berhati besar atau justru seorang pendendam. Dan dalam beberapa kasus, mudah atau tidaknya ini tergantung pula seberapa besar orang itu telah menyakiti kita. Namun terlepas dari hal itu, saya akan mencoba untuk memberikan beberapa tips bagaimana caranya untuk memaafkan orang lain. Karena asal anda tahu saja, memaafkan orang lain itu besar juga pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa kita.
Forgive the act... Forgive the person...
Untuk memaafkan seseorang itu berarti kita harus benar-benar melepaskan setiap rasa kebencian kita terhadapnya. Ingat, memaafkan perbuatan seseorang terhadap kita dan memaafkan si pelaku perbuatan itu adalah dua hal yang berbeda. Walau tak pernah kita sadari seringkali kita memaafkan perbuatan dia, namun disudut hati terkecil, kita justru belum memaafkan orang yang berbuat salah ini, atau justru sebaliknya. Disinilah masalah awal yang harus kita tuntaskan.
Jika satu saat orang ini datang untuk meminta maaf, janganlah terburu-buru mengambil keputusan. Katakan padanya bahwa anda membutuhkan waktu untuk berpikir. Memikirkan tentang seberapa besar anda telah terluka akibat perbuatannya. Tahu tidak, terkadang ada beberapa dari kita yang bersikap munafik pada diri sendiri, mencoba membohongi diri bahwa kita baik-baik saja, kita tidak terluka, everything is fine. Jangan lakukan itu! Cobalah jujur pada diri sendiri. Terimalah bahwa anda telah dilukai. Oleh siapa, seberapa besar dan bagaimana dia telah menyakiti anda, renungkanlah semua.
Dan setelahnya anda bisa mengambil langkah selanjutnya, yaitu mencoba memahami dia yang telah menyakiti anda. Semua manusia saat baru pertama kali terlahir di dunia ini, tak ada satupun yang memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain, baik itu secara fisik maupun batin. Jadi apa yang terjadi bertahun-tahun kemudian ketika dia mulai menyakiti orang lain? Mungkin itu akibat luka yang juga pernah dialaminya. Yang kemudian melampiaskan rasa sakitnya dengan menyakiti orang lain lagi, dan itu adalah merupakan pilihan yang salah. Jadi apakah anda akan membiarkan diri anda menyimpan dendam seperti itu dan mengambil tindakan yang sama?
Sedikit berbagi pengalaman, dalam hidup saya juga menemui banyak orang dan hal-hal yang membuat saya merasa sedih. Tak dipelak, saya terkadang melampiaskannya dengan menangis. Namun dalam tangis itu saya sering diam-diam berdoa sama Tuhan, agar dia dibukakan matanya atas perbuatan yang sudah dia lakukan. Saya berdoa begini sebenarnya bukan cuman untuk dia saja, tapi juga terlebih untuk menenangkan diri serta memberikan saya kekuatan, dan tak jarang dalam doa itu saya justru diingatkan bahwa ada satu saat dimana saya pun telah berbuat salah dan menyakiti orang lain. Dalam pikirku, setiap manusia tidak ada yang sempurna, tidak ada orang yang tidak pernah berbuat salah.
Oleh karena itu saya memilih untuk memaafkan, kenapa? Karena bila kita tidak memaafkan, kita justru hanya berpaling dari suatu masalah. Dan seumur hidup kita tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari masalah itu. Namun saat kita benar-benar memaafkan, kita akan kembali melangkah maju.
Face to face...
Pada akhirnya setelah anda merasa cukup siap untuk berhadapan dengannya. Maka ajaklah dia untuk bertemu, ajaklah dia untuk membahas apa yang telah terjadi. Oh iya, tidak selamanya pihak yang bersalah yang harus membuka jalan . Kita sebagai korban jika memiliki hati yang besar, tak ada salahnya memulai percakapan. Jangan menunggu seseorang meminta maaf terlebih dahulu baru anda mengambil aksi, karena tidak selamanya orang yang bersalah itu akan mengucapkan kata maaf, mungkin karena dia memang tidak menyadari kesalahannya atau bisa juga karena dia merasa segan untuk bertemu dengan anda setelah apa yang dia perbuat terhadap anda. Disinilah kita harus berperan lebih jauh. Jadi jika anda memang telah merasa siap, hubungilah dia.
Take things slowly...
Persoalan memaafkan, bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dalam satu waktu saja. Ibaratnya seperti lapisan pada bawang, tiap kali kita mengupasnya, akan memberikan kita rasa pedih, marah, namun kita terus saja mengupasnya. Sama halnya dengan memberi maaf ini yang harus terus kita dengungkan dalam hati dan pikiran kita berulang-ulang untuk mengikis rasa benci dan amarah, meskipun pedih, meskipun pahit. Namun perlahan-lahan saat lapisan-lapisan itu mulai menipis, proses ini akan menjadi lebih mudah.
Kata bijak:
Dia yang lemah tak pernah bisa memaafkan. Memaafkan itu adalah sifat mereka yang kuat.
Mahatma Gandhi
6.Berbagi Keajaiban
Kabar buruk itu sampai juga di telinga Doni. Dia divonis kanker paru-paru oleh dokter. Kisah kehidupannya yang sebelumnya sering dia bangga-banggakan kini serasa hancur tiada arti lagi. Doni tahu kanker paru-paru merupakan penyebab kematian paling utama dibandingkan kanker-kanker lainnnya. Namun tak ingin lama-lama tenggelam dalam kesedihan, dicobanya segala cara untuk menyembuhkan penyakit yang tengah menggerogoti tubuhnya itu, bahkan dia tak segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk mendapatkan perawatan terbaik di salah satu rumah sakit ternama di luar negeri. Berbagai pengobatan dan sesi kemoterapi telah dilaluinya. Namun keberuntungan tak berpihak padanya. Keadaannya tak kunjung membaik, bahkan hanya semakin memburuk. Kanker stadium IV kini bercokol di paru-parunya. Keluarganya mencoba untuk memberikan motivasi dan semangat agar dia tak menyerah.
Satu ketika dia menemukan alamat seseorang yang konon katanya mampu menyembuhkan kanker ganas sekalipun. Doni mendatangi kediaman orang tersebut, diceritakannya tentang riwayat penyakitnya kepada Pak Syukur, nama orang itu, yang berjanji akan berusaha untuk menyembuhkan Doni.
Waktu berlalu, meskipun kondisi Doni mulai agak membaik tapi kanker itu masih bersarang di tubuhnya. Doni menyadari waktunya yang semakin menipis.
"Tak adakah pengobatan lain yang bisa membantuku, Pak?" tanya Doni saat rasa ketakutan akan kematian mulai menguasai benaknya. "Aku sering mendengar tentang keberhasilan anda dalam menyembuhkan pasien-pasien lainnya... Lalu apa yang terjadi denganku?"
Pak Syukur menghembuskan napas, dan mencoba untuk menyabarkan Doni, "Nak Doni, aku hanyalah seorang manusia biasa yang hanya bisa berupaya untuk memberikan pengobatan terbaik untuk pasien-pasienku.", "Aku mungkin telah membantu meringankan sakit itu, namun keajaibanlah yang telah menyembuhkan mereka." tambahnya pelan.
"Keajaiban?" sesaat Doni tertegun. "Seandainya di dunia ini ada dijual keajaiban, aku rela membayar berapa pun meski harus menghabiskan seluruh hartaku." sahut Doni lemah meratapi ketidakberuntungannya.
Pak Syukur berpikir sejenak lalu beliau mulai menuliskan sesuatu dan menyerahkannya kepada Doni. "Datangilah tempat ini, Nak Doni.", "Tempat dimana mungkin kamu bisa membeli keajaiban itu."
"Be.. benarkah?" tanya Doni ragu, ia takkan mudah percaya hal mustahil seperti itu.
"Cobalah kau datangi, tak ada salahnya kan?"
"Seandainyapun tempat ini memang benar menjual keajaiban, lalu dengan apa aku bisa membelinya, Pak?"
Kembali Pak Syukur menyerahkan selembar catatan yang lain. "Bacalah setibanya engkau di tempat itu."
Pada awalnya Doni tidak memperdulikannya, namun berselang beberapa hari akhirnya dia mendatangi juga tempat yang dimaksud oleh Pak Syukur.
Akan tetapi betapa terkejutnya Doni setelah mendapatkan tempat yang menjadi tujuannya ternyata adalah sebuah masjid kecil yang indah. Doni mengambil lembaran kertas yang satu lagi dan membaca pesan yang tertulis di dalamnya.
'Sesungguhnya kamu bisa mendapatkan keajaiban itu dimana saja dan kapan saja. Tetapi alangkah baiknya jika engkau mencarinya langsung di rumahNya... Dan untuk bayarannya? Sekarang berbaliklah dan cobalah memposisikan dirimu sebagai seseorang yang hendak menikmati sebuah karya seni yang tak sedikitpun bagian akan terlewatkan oleh pandanganmu... Bukalah matamu, nak...'
Doni membalikkan tubuhnya, dilihatnya sebuah panti untuk penderita cacat berdiri tepat di seberang jalan. Beberapa pengemis dan anak jalanan di sepanjang jalan tak luput pula dari perhatiannya, mereka mencoba menghampiri beberapa orang yang berseliweran demi meminta sedikit rejeki untuk sesuap nasi. Kembali Doni melanjutkan membaca catatan Pak Syukur.
'... Berdoa, memohonlah dengan tulus kepada Sang Pemberi Keajaiban dan lakukanlah kebaikan dalam hidupmu, anakku. Begitulah harga yang mungkin bisa kau berikan untuk mendapatkan keajaiban yang kau cari. Dan niscaya bila Dia berkehendak, keajaiban itupun akan datang...'
Masih terus dibacanya pesan yang tertulis di kertas itu. Dan tanpa Doni sadari, setetes dua tetes air mata kini membasahi pipinya. Dia mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali dia bersujud menghadapNya? Akh... Tak bisa diingatnya lagi... Dan diapun menyadari betapa alpanya dia selama ini.
Doni mulai mengisi hari-hari tak lagi hanya untuk mengobati penyakit yang menderanya, kini diapun taat melaksanakan ibadah dan banyak membantu orang-orang yang membutuhkan. Dia tak lagi hanya peduli akan dirinya sendiri, melainkan mulai melihat orang-orang lain di sekitarnya. Beberapa hal yang terabaikan olehnya selama bertahun-tahun.
Hari berganti minggu... Minggu berganti bulan...
Di suatu hari yang cerah, lima bulan semenjak Doni menginjakkan kakinya pertama kali di masjid kecil itu... Kini ia terbaring lemah di sebuah pembaringan rumah sakit, sudah tiga hari ini kondisi kesehatannya benar-benar menurun. Bayangan peristiwa-peristiwa beberapa bulan terakhir berkelebat di benaknya.
Doni memandang Pak Syukur yang duduk di sisi tempat tidur, Doni memang sengaja memintanya datang. Ia tersenyum,
"Bapak masih ingat kejadian beberapa bulan lalu saat aku bertanya-tanya apakah aku bisa menemukan sebuah keajaiban yang dapat menghilangkan penyakitku?" Pak Syukur mengangguk pelan, "Menemukan mesjid yang indah dan tenteram itu, telah membuka mataku betapa lalainya aku selama ini. Sejak hari itu aku mendekatkan diri padaNya, aku banyak berdoa, memohon ampunan dan rahmatNya. Tak lupa aku menyumbangkan sebagian penghasilanku untuk menolong mereka yang membutuhkan bantuan." sesaat Doni terdiam, ia mencoba meredam rasa sakit yang berkecamuk di dadanya. "Untuk semua yang telah aku lakukan, telah aku berikan beberapa bulan ini, Allah ternyata masih tak berkenan memberikan keajaiban itu untukku." ujarnya dengan nada getir.
Doni kembali memandang lelaki tua bersahaja yang masih setia menemaninya, "Tapi aku tak bersedih, pak..." lanjutnya, "Aku tak marah atas apa yang menimpaku, dan aku tak menyesal telah berbuat kebaikan pada mereka meskipun awalnya aku mengharapkan sebuah kesembuhan dari Allah sebagai balasannya. Kini aku merasa lebih tenang, lebih bahagia, dan lebih dekat padaNya."
Meskipun terlihat pucat namun di wajahnya terpancar senyum kebahagiaan itu, "Pesan terakhir bapak di catatan yang aku baca lima bulan lalu, lagi-lagi membuka mataku untuk yang kedua kalinya..."
Sore itu, dengan didampingi istri dan anaknya, Doni mengehembuskan nafas terakhir dengan tenang.
'Dan pesanku yang terakhir, nak. Tak semua orang cukup beruntung bisa mendapatkan keajaiban dariNya. Dan bila engkau termasuk di antara yang tak beruntung itu, janganlah bersedih, janganlah kecewa. Karena engkau sendiri pun akan memberikan keajaiban-keajaiban untuk kaum-kaum tak mampu yang membutuhkan begitu banyak keajaiban demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Dan itu, tak kalah berharganya...'
Sebaiknya kita memberi sama halnya seperti kita akan menerima, dengan riang, cepat, dan tanpa keraguan;
Karena sesungguhnya tidak ada karunia dari manfaat yang menempel pada jari-jari kita.
Inspirational Quote:
“The value of a man resides in what he gives and not in what he is capable of receiving.” - Albert Einstein
7.Jejak Hujan Di Padang Pasir
Semua perempuan yang dilahirin tanpa adanya kelebihan misalnya paras yang cantik, kekayaan yang melimpah atau kepintaran dan kecerdasan yang tinggi pasti pernah merasakan dimana dia merasa sangat iri terhadap perempuan lain yang lebih dari dirinya, walaupun gak sering tapi pasti sempat terbersit tentang hal itu.
Kalo kata aku sih itu wajar, kenapa?
Penilaian atau pandangan orang lain terhadap dia seringkali terlalu mendiskriminasikan dikarenakan kebanyakan orang begitu berlebihan dalam menyanjung si perempuan berparas cantik. kaya. dan cerdas lainnya. Tapi bukan berarti dia harus terus merasa jelek atau merendahkan diri atau apapun, paling enggak cobalah melakukan sesuatu yang dapat menonjolkan kelebihannya. Kalo masih gak punya juga?? Wah.. Pasti ada kok, tiap manusia diciptakan dengan kelebihannya masing-masing.
Emang enak yah jadi orang cantik yang udah cantik dari sananya. Mau dandan kayak gimana juga tetep cantik dan semua orang ngaku kalo dia cantik.
Emang enak yah jadi orang cantik karena pintar dandan. Seenggaknya masih bisa terlihat cantik dan beberapa orang bilang dia cantik.
Yang kasian tuh orang yang mutlak. Jeleknya.
Tapi seenggaknya tetaplah bersyukur telah diciptakan sempurna.
Aku bukan termasuk orang yang cantik dari sananya. Biasa aja, standar, bahkan kalo orangnya gak suka ma aku pasti aku disebutnya jelek. Aku terlahir gak dengan kulit yang putih ataupun kuning langsat, bisa diblang hitam dan sering kali dikata-katain ma orang karena masalah ini ( SARA banget tuh orang kan?!)
Aku terlahir bukan dengan kecerdasan orang jenius, tapi gak mau disebut bodoh juga. Huehehehe. Gini-gini aku tuh lumayan (bodohnya).
Dan lagi-lagi aku juga bukan termasuk cewek dengan tingkat kekayaan yang 'wah' tapi cukup buat bisa bertahan hidup (thx to my pap). Terkadang atau bahkan seringkalinya aku bertanya (lebih dengan nada putus asa) kenapa Tuhan memberikan cobaan dalam kehidupanku baik dalam keluarga atau pun cinta begitu berat terasa. Dan sering kalinya akhirnya aku menyadari pula bahwa aku masih tetap harus bersyukur karena aku masih mampu bertahan.
Hidupku bisa dibilang jalannya datar-datar aja, terkadang aku jalan di jalan yang benar terkadang aku berbelok ke jalan yang kurang benar (gak mau dikatain salah).
Aku pernah ngerasa iri banget ma temanku yang bisa dibilang sangat menarik perhatian lawan jenis ataupun sejenis (sekedar berteman sesama orang cantik). Wuih, jangan salah. Irinya. Nyata. Kalo lagi jalan hampir semua mata hanya tertuju padanya. Kalo ada yang ngajak kenalan pasti ke dia. Kalo ngasih diskon ataupun traktir pasti ke dia. Sedangkan aku? Cuma sebagai bayangan di baliknya. Mungkin salah satu dari mereka bertanya kenapa aku bisa berteman dengannya.
Dulu itu yang aku rasain,...
Tapi sekarang?
Aku masih tetap aku yang seperti dulu. Gak banyak yang berubah kecuali makin lebih sedikit dewasa. Wajah aku masih tetap sama. Sifatku juga gak berubah,
Tapi aku yang sekarang mencoba lebih bersykur. Aku masih belum mendapatkan 'harta berharga'ku. Aku belum mendapatkan kebahagian yang sebenarnya. Tapi aku tau siapa diriku. Aku mencoba tau potensiku dan kekuranganku, jadi aku bisa melangkah dengan percaya diri,
aku gak perlu menjadi seperti dia, karena setiap orang punya porsi kebahagiaannya sendiri.
Mungkin dia terlihat bahagia, tapi siapa yang tahu dalam hatinya? Mungkin dia merasa risih dengan pandangan orang tentangnya.
Mungkin aku memang belum mendapatkan seseorang yang bisa tulus mencintaiku seperti orang lain.
Mungkin aku memang tidak banyak disukai.
Tapi aku percaya...
Hanya dapat percaya... Tuhan menciptakan hambaNya berpasang-pasangan, pasti ada satu entah dimana dia berada yang bisa mencintaiku dengan tulus.
Mungkin aku memang belum mendapatkan kebahagian yang sebenarnya.
Tapi aku percaya...
Hanya dapat percaya... Tuhan telah menyiapkan kebahagianku di depan sana.
Atau jika Tuhan memang mentakdirkanku tetap tak memiliki kebahagiaan itu,
aku akan tetap menjadi aku...
Tapi aku tak akan mau untuk hanya menjadi jejak hujan di padang pasir,
Jika aku harus menjadi...
Aku akan menjadi jejak hujan di bebatuan.
Inspirational Quote:
Tuhan tidak membuat kesalahan ketika Dia menciptakanmu. Kamu hanya harus melihat dirimu seperti Tuhan melihatmu. - Joel Osteen
8.Cinta Sejati
Saya pernah bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah di dunia ini yang namanya cinta sejati itu ada?
Sejoli yang saling mencintai, bersedia melakukan apa saja untuk orang yang mereka cintai bukan karena ingin mengharapkan balasan cinta yang sama dari pasangannya. Melainkan karena ia tahu, inilah yang terbaik yang bisa ia berikan untuk kekasih yang disayanginya.
---
Di suatu masa terkisahlah sepasang merpati Geon dan Merri yang saling menyayangi dan mencintai satu sama lain. Masa muda mereka penuh dengan asmara yang menggebu-gebu, hingga keduanya tak dapat terpisahkan lagi. Menjelajahi langit biru bersama-sama, menapaki langkah-langkah kecil mereka di rimbunnya pepohonan.
Sepasang merpati yang menyayangi, tumbuh dewasa, melewatkan masa-masa indah bersama.
Namun pada suatu ketika, Merri si merpati betina mengalami kecelakaan saat ia terbang dan terjatuh dengan kepala lebih dahulu membentur tanah. Meskipun nyawanya masih bisa diselamatkan namun Merri terluka sangat parah.
Geon yang begitu sangat mencintai pasangannya ini, tak sedikitpun pernah meninggalkan sisi Merri. Dirawatnya dengan penuh cinta kasih, berharap suatu saat kekasihnya bisa kembali membuka mata, menemani dirinya bersenda gurau, mengarungi masa tua hingga maut memanggil dalam tidur yang tenang di rumah kecil mereka.
Tiap hari dia berdoa untuk kesembuhan Merri, asalkan kekasihnya bisa sembuh ia rela melakukan apa saja.
Tak disangka, Merri akhirnya kembali sadar. Betapa bahagianya Geon mengetahui hal ini. Tak di pedulikannya apapun yang terjadi, ia terus mengucap syukur, bersenandung riang meskipun ia tahu ketika Merri kembali tersadar dari sakitnya, ada sesuatu yang kini telah berbeda pada merpati betina itu.
Tahun berlalu...
Suatu hari dikala Geon tengah dalam perjalanan ke rumah, sayapnya tergores ranting pohon, hingga ia harus berobat. Setibanya di tempat dokter Owlie, ternyata ruangan praktek si burung hantu ini penuh dengan pasien-pasien lainnya. Beberapa perawat terlihat melayani antrian pasien. Geon melirik jam dinding yang terpasang di tiang kayu dekat tempatnya berdiri. Jam setengah satu.
'Sebentar lagi waktu makan siang' pikirnya. Namun kesibukan masih saja berlanjut di ruangan itu.
Seorang perawat yang baru saja selesai memasang perban di kaki salah satu pasien, memperhatikan tingkah laku Geon yang terlihat gelisah.
"Tuan, bisakah saya mencoba memeriksa luka anda?" sapanya pada Geon.
Seketika wajah merpati itu menjadi cerah. Dan perawat itu pun mulai memeriksa keadaan sayap Geon yang ternyata tidak begitu parah, hanya perlu sedikit diberi pengobatan.
Perawat yang kini mulai memasang perban mencoba memulai percakapan.
"Anda terlihat sangat gelisah, Tuan. Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran anda?"
"Oh, sesungguhnya tak ada yang tengah menggangguku. Hanya saja aku memang tengah mengejar waktu." jawab Geon.
"Sebuah pertemuan penting rupanya menunggu anda?" tanya si perawat lagi.
Diceritakanlah tentang keadaan istrinya, Merri, yang sampai hari ini kondisinya belum juga pulih total semenjak kecelakaan bertahun-tahun yang lalu hingga ia masih harus terus dirawat di pondok perawatan hewan.
"Dan setiap hari aku menjenguknya untuk menemani istriku makan siang." tambah Geon pelan.
Perawat yang masih muda ini memandang Geon dengan pandangan kagum. "Begitu rupanya...", "... tapi apakah istri anda akan merasa sangat kecewa apabila untuk kali ini saja anda tidak datang menjenguknya?"
Geon menggeleng pelan sembari mencoba mengepak-ngepakkan sayapnya yang kini telah terbalut perban putih.
"Merri tidak lagi mengenaliku... Kecelakaan itu mengakibatkan fungsi otaknya melemah, tak tersimpan sedikitpun memori tentang diriku atau bahkan lingkungan sekitarnya. Saat ini benaknya bagaikan sebuah ruang kosong...", "... begitulah kata dokter yang menangani kasus Merri."
Penuh rasa terkejut si perawat kembali melontarkan pertanyaan, "Dan meskipun begitu anda tetap setia mendampingi dan mengunjunginya meskipun beliau tidak lagi mengingat tentang anda?"
"Merri, mungkin tidak lagi mengenal siapa diriku ini. Tapi aku tetap mengenalinya sebagai kekasih yang sangat aku cintai..." dengan tersenyum Geon mengucapkan terima kasih untuk perawatan yang di dapatnya, dan dia pun pamit meninggalkan si perawat yang tak lagi hanya memandang Geon penuh rasa kagum, melainkan takjub dengan besarnya cinta kasih yang dimiliki Geon.
Sosok merpati cinta...
---
Tapi bukankah cerita di atas hanyalah sebuah fabel? Dongeng belaka yang bisa dituliskan oleh siapapun. Sama sekali tak bisa dijadikan contoh untuk kita dong.
Baiklah...
Kalo begitu bagaimana dengan kisah cinta Bapak B.J. Habibie kepada almarhumah istrinya Ibu Ainun?
Kisah cinta fenomenal dimana seorang pria yang tak pernah meninggalkan sisi sang istri dimasa sakitnya. Tetap setia mendampingi Bu Ainun melawan sakit yang dideranya.
Seorang suami yang mengantarkan kepergian sang istri tercinta menghadap Khalik dengan kata-kata indahnya
“Saya dilahirkan untuk ibu Ainun, dan ibu Ainun dilahirkan untuk saya,”
Akankah kita juga menemukan cinta sejati seperti ini?
Semua komentar langsung ditulis saja di sumber dibawah ini