“What connects two thousand years of genocide? Too much power in too few hands.” – Simon Wiesenthal
Jalan-jalan ke Lokasi Ladang Pembantaian (The Killing Field) di Phnom Penh, Kamboja. Barangkali menyaksikan sisa-sisa kekejaman rezim Khmer Merah di Museum Genosida Tuol Sleng
saja sudah membuat kita miris, apalagi ditambah dengan melihat
tengkorak dan tulang belulang manusia korban pembantaian di kuburan
masal yang terkenal dengan sebutan Ladang Pembantaian (The Killing
Field), benar-benar membuat kita berpikir betapa kejinya rezim Khmer
Merah yang dipimpin oleh Pol Pot di Kamboja ini. Manusia tak berdosa
dibunuh dan dikubur masal dalam satu lokasi dengan cara-cara yang tidak
masuk akal. Sungguh tidak manusiawi memang. Lokasi kuburan masal ini
sekarang dibuka sebagai tempat wisata di Phnom Penh Kamboja.
Letak The Killing Field atau Museum
Choeung Ek Genocidal Center lumayan jauh, sekitar 19 kilometer dari
pusat kota Phnom Penh. Lokasi ini dulunya menjadi ladang pembantaian dan
kuburan masal bagi tahanan di Tuol Sleng dan keluarga lawan politik
Khmer Merah. Diperkirakan, sekitar 1 juta sampai 3 juta manusia dibunuh
dan dikubur di dalam sekitar 20 ribu kuburan masal selama rezim Khmer
Merah.
Kini, lokasi kuburan masal ini menjadi
museum untuk memperingati tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di
Kamboja pada 1970-an. Tempat penyiksaan, kuburan massal, tengkorak,
tulang-tulang manusia, dan bekas baju para korban ini masih dapat
dilihat sampai sekarang di Museum Choeung Ek Genocidal Center.
Stupa yang Indah, tapi?
Sewaktu memasuki gerbang masuk, kita
akan disambut dengan sebuah bangunan tinggi dengan desain khas Kamboja.
Sangat cantik sekali. Tapi, siapa sangka bangunan ini digunakan untuk
menyimpan sekitar 8.000 tengkorak manusia?
Tengkorak-tengkorak manusia tersebut
dipisahkan menurut usia dan jenis kelamin. Dari anak-anak sampai manusia
lanjut usia, dari laki-laki sampai perempuan. Selain itu, baju-baju
korban yang ditemukan juga disimpan dengan baik di stupa ini.
Kuburan Masal
Karena lokasi kuburan di Tuol Sleng dan
lokasi lainnya dianggap sudah tidak cukup lagi, tahanan politik Khmer
Merah pun dikirim ke Ladang Pembantaian dengan menggunakan truk.
Sesampainya di Ladang Pembantaian, tahanan ini langsung dibunuh dan
dikubur. Karena semakin banyak tahanan (sekitar 300-an tahanan per hari)
yang dikirim ke sini, maka dibuatlah rumah tahanan yang gelap dan
sumpek. Para tahanan ini akan dibunuh keesokan harinya karena para
eksekutor tidak mampu membunuhnya dalam sehari.
Terdapat beberapa kuburan masal di
Killing Field. Satu kuburan masal berisi antara 100-450 manusia. Selain
itu, terdapat juga kuburan berisi 166 tulang belulang manusia tanpa
kepala. Kuburan lainnya berisi wanita dan anak-anak yang dikubur dalam
keadaan telanjang. Korban ini biasanya dibunuh di dekat selokan. Mungkin
bertujuan untuk mengalirkan darah yang mengalir dari tubuh korban ke
selokan.
Killing Tree dan Magic Tree
Killing Tree adalah pohon tempat dimana
para eksekutor memukul anak-anak hingga tewas. Sedangkan Magic tree
adalah sebutan untuk sebuah pohon yang digunakan untuk menggantung
speaker atau pengeras suara. Pengeras suara ini akan mengeluarkan
suara-suara keras untuk menyamarkan rintihan suara manusia yang sedang
dibantai.
Peralatan Penyiksaan dan Bahan Kimia
Peralatan yang digunakan untuk membantai
manusia pun sangat menyeramkan. Peralatan penyiksaan tersebut antara
lain berupa belenggu, borgol, kapak, pisau, cangkul, sekop, bahan kimia,
dan lain sebagainya. Selain digunakan untuk membunuh, bahan kimia ini
juga digunakan untuk mengurangi bau busuk bangkai korban yang telah
dibunuh.
Sisa-sisa baju para korban pun masih
tersimpan di museum ini. Baju-baju tersebut muncul sendiri ke permukaan
tanah karena bekas pembongkaran kuburan masal hanyut oleh air hujan.
Selain itu, hujan dan banjir ini membuat serpihan tulang belulang dan
gigi-gigi para korban juga muncul ke permukaan tanah.
Jangankan membayangkan saat terjadi
pembantaian, melihat sisa-sisa ladang pembantaian ini saja benar-benar
membuat saya shock, seolah-olah berada pada saat pembantaian terjadi.
Bahkan, menulis artikel ini pun saja rasanya bukan seperti menulis
artikel wisata seperti biasanya, tapi seperti menulis cerita
thriller/horor!
0 komentar:
Posting Komentar
Untuk membuat emoticon cukup ketikkan kode yang berada di atas
Budayakan berkomentar dengan sopan dan tidak mengandung SARA
Pasang foto kalian yang keren ^_^