Kompas/Lasti Kurnia Anak anjing berkaki tujuh, diawetkan dalam cairan formalin.
Jakarta - Seekor anak anjing berkaki tujuh, pekan
lalu, lahir di sebuah klinik dokter hewan di kawasan Dapur Susu,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Anak anjing ras campuran dari induk jenis mix Pug dan Siberian Husky
tersebut merupakan satu dari delapan anak anjing yang berada di dalam
kandungan induknya dan berhasil dikeluarkan melalui operasi laparatomi.
"Tujuh ekor anak anjing memiliki tubuh normal. Sementara satu ekor
anak anjing memiliki tujuh kaki; yaitu dua di depan, empat dibelakang,
dan satu di punggung," kata Dokter hewan (Drh.) C. Koesharjono yang
menangani persalinan tersebut.
Melalui observasi lebih lanjut, selain keunikan tujuh kaki, anak
anjing tersebut memiliki; dua buah kelamin (jantan), satu kepala, satu
rongga dada, dua rongga perut, dan dua buah ekor.
Kedelapan anak anjing tersebut lahir pada tanggal 8 Februari lalu
dalam kondisi premature. Karena umur kehamilan masih kurang 5 hingga 6
hari untuk melahirkan. . Pemilik membawa induk anjing tersebut dalam
kondisi telah mengeluarkan cairan berwarna coklat.
Pemeriksaan dengan menggunakan doppler kemudian dilakukan, namun
tidak terdengar adanya suara jantung dari anak-anak anjing dalam
kandungan. Pemeriksaan dengan photo rontgen, juga tidak menunjukkan
adanya fetus didalam kandungan. Kemungkinan kandungannya telah penuh
dengan cairan ketuban.
Operasi laparatomi dilakukan dan setelah rongga perut terbuka tampak
uterus yang membesar berisi fetus. Satu per satu fetus yang dikeluarkan
dan jumlahnya ada delapan ekor, Dan didapati salah satu diantaranya
mengalami kelainan tersebut.
"Saat dikeluarkan, denyut jantung seluruh fetus ada, namun sangat
lemah. Tidak ada yang menangis, maupun bergerak," kata Drh. C.
Koesharjono. Selama satu jam kedelapan fetus tersebut diusahakan
dihidupkan dengan upaya resustasi namun tidak berhasil dan kedelapan
anak anjing tersebut mati.
"Kasus ini merupakan peristiwa langka. Tidak hanya dalam dunia
kedokteran hewan di Indonesia, namun juga di dunia," kata Drh. C.
Koesharyono yang telah berpraktek sejak tahun 1966, sebagai dokter hewan
praktisi hewan kecil.
"Bisa jadi, kembar siam dempet ini akibat satu telur pecah menjadi
dua, atau dua telur tumbuh bersama. " lanjut Drh. C. Koesharyono. Kasus
ini menurutnya sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, baik bagi
dunia kedokteran hewan, maupun bagi ilmu embriologi.
Atas ijin pemilik anjing tersebut dan untuk kepentingan penelitian,
saat ini anak anjing berkaki tujuh tersebut diawetkan dalam cairan
formalin 100 persen. Sejumlah mahasiswa kedokteran hewan dan dokter
hewan, selama sepekan ini, bergantian datang ke klinik Drh. C.
Koesharyono untuk melihat anak anjing yang diawetkan tersebut.
aneh dan unik sekali gajahnya yah
BalasHapusjual beli mobil bekas surabaya