Ia
kembali ke kota, tempat ia tinggal dengan menyamar di rumah rakyat
biasa. Putera mahkota membantu pemilik rumah menanam sayur-sayuran. Ia
sangat mencurahkan perhatiannya saat menaman sayur-sayuran tersebut, dan
sayur-sayurannya tumbuh dengan subur. Ketika seorang menteri dari
pengadilan kerajaan menyantap sayur-sayuran yang dihasilkan putera
mahkota, ia sangat memujinya dan meminta putera mahkota untuk menyiapkan
santapan untuk raja yang baru.
Raja
sangat menikmati santapan tersebut, sehingga ia memutuskan untuk
mempekerjakan putera mahkota yang masih muda ini untuk dirinya.
Berangsur-angsur putera mahkota muda tersebut mendapat kepercayaan raja
dan menjadi pengawalnya.
Suatu hari
raja dan rombongannya pergi berburu ke pegunungan-pegunungan. Ia bersama
sang putera mahkota terpisah dari rombongan lainnya dan tersesat.
Setelah mengembara di pegunungan berhari-hari lamanya, raja kelelahan
dan kelaparan. Ia tidak memiliki kekuatan lagi untuk melanjutkan
perjalanan. Ia mempercayakan pedangnya kepada sang putera mahkota dan
tertidur lelap. Kepala raja bersandar pada pangkuan putera mahkota muda.
Inilah kesempatan amat baik untuk
membalas dendam atas ayahnya! Tapi sang putera mahkota ragu-ragu.
Hatinya berkata, "Sewaktu ayah masih hidup, ia selalu mengajarkan saya
untuk mengasihi dan menunjukkan belas kasihan kepada sesama. Meskipun
raja yang baru tamak dan tidak berperikemanusiaan, melihatnya tertidur
lelap di pangkuanku, ia tampak seperti ayahku sendiri. Lagipula, ia
adalah ayah dari seseorang juga."
Raja
baru dengan bergegas terbangun. Ia berkata bahwa telah bermimpi kalau
Raja Abadi dan putera mahkotanya sedang berusaha membunuhnya. "Meskipun
ia seorang raja, ia masih tidak dapat tidur dengan lelap," sang putera
mahkota merenung sendiri, "Ia pasti benar-benar sudah dikuasai oleh rasa
takut." Putera mahkota tiba-tiba merasa iba terhadap raja tersebut. Ia
berkata kepada raja, "Tidurlah kembali. Saya di sini untuk melindungimu.
Kamu tidak perlu takut."
Setelah
tidur kembali, seketika raja terbangun kembali. "Saya bermimpi tentang
sang puter mahkota lagi, dan ia mengatakan tidak akan memaafkan saya."
Ia bangun perlahan-lahan dan mulai bercerita, "Semenjak saya menyerbu
kerajaan ini dan membunuh Raja Abadi, saya tidak melewati hari yang
tenang. Seakan-akan saya hidup dalam neraka, terus-menerus disiksa oleh
rasa takut dan kepedihan yang mendalam. Betapa menyesalnya saya atas apa
yang telah saya perbuat."
Sang
putera mahkota dapat merasakan bahwa raja tersebut benar-benar menyesal.
"Janganlah takut. Saya adalah putera mahkota yang kamu takuti. Saya
harus mengakui bahwa saya berniat membunuhmu sewaktu kamu sedang
tertidur. Tapi saya teringat ayah saya dan bagaimana ia selalu
mengajarkan saya untuk melayani sesama dengan kebaikan. Saya tidak mau
mencemarkan namanya, sehingga saya putuskan untuk melupakan semua
dendam."
Raja sangat terharu
mendengar apa yang dikatakan putera mahkota, "Terima kasih banyak telah
memaafkan saya. Saya tidak dapat mengungkapkan rasa terima kasih saya
kepadamu, tapi saat ini kita berdua tersesat di dalam hutan. Jika kita
tidak dapat keluar dari sini dengan segera, kita pasti akan tewas."
Sang
putera mahkota tertawa dan berkata, "Kita tidak tersesat. Saya dengan
sengaja mengarahkanmu menjauh dari yang lainnya. Sekarang saya akan
mengeluarkanmu dari hutan."
Sewaku
raja kembali ke istana, ia memanggil seluruh menteri-menterinya. Untuk
menunjukkan rasa terima kasih kepada sang pangeran, ia mengumumkan bahwa
ia akan mengembalikan seluruh kerajaan kepadanya. Melihat betapa
baiknya dan murah hatinya sang putera mahkota, menteri-menteri bersuka
cita mengelu-elukannya raja.
----------------------------------------------------------
Pesan Master Cheng Yen:
Kebaikan
dan kejahatan hanyalah memiliki batas yang tipis. Meskipun sang putera
mahkota menghormati ayahnya dan selalu mengingat pesan orangtua tersebut
dalam pikirannya, namun ia tetap merasa sulit untuk memaafkan orang
yang telah membunuh ayahnya. Untungnya, ia menemukan kekuatan pada
kebaikan dan rasa menyayangi yang telah dicontohkan oleh ayahnya, hingga
akhirnya ia mampu memaafkan dan melupakan dendamnya.
Pada
umumnya orang sulit untuk menenangkan pikiran. Sewaktu hal-hal buruk
terjadi padanya, kebajikan dan maksud-maksud baik hilang dari
pikirannya. Sikap mereka menjadi aneh dan mereka menyimpang dari jalan
yang benar. Oleh karenanya, sangatlah penting bagi kita untuk menjaga
pikiran kita dan menghindari pikiran-pikiran buruk sehingga kita dapat
kembali pada sifat dasar yang murni dan tetap pada jalan yang benar.
|