ketika keadaan mengharuskan Kita untuk menangis, tak usah berpura, menangislah. Tak semua airmata berarti lemah

Pesulap

Jaman dahulu, petani-petani di daerah propinsi Cina sering berkumpul bersama-sama untuk mengadakan perayaan sepanjang liburan tahun baru Cina atau waktu-waktu lain jikalau hanya ada sedikit pekerjaan yang perlu dilakukan di ladang. Perayaan ini terdiri dari berbagai macam akrobatik dan pertunjukan-pertunjukan hiburan. Suatu hari di tahun baru Cina, sekelompok orang berkumpul di depan kantor hakim daerah untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada hakim dan pejabat lainnya. Di antara sekelompok orang tersebut berdiri seorang Bapak dan anak laki-lakinya berpakainya agak lepas dengan baju yang longgar.

Setelah penduduk membungkuk dan memberi salam kepada hakim dan pejabat-pejabat lainnya, Bapak tersebut dengan sopan santun berkata kepada hakim, "Saya dan anak saya adalah pesulap keliling. Kami merasa terhormat untuk menampilkan segala jenis pertunjukkan sulap yang anda akan suka untuk melihatnya." 

Hakim tersebut merasa senang karena begitu banyak orang berkumpul di depan kantornya, lalu ia tersenyum dan bertanya kepada Bapak tersebut, "Jenis permainan sulap apa yang dapat kamu lakukan? Apa yang terhebat darimu?"

"Saya dapat merubah pengaturan dari empat musim," bapak itu menjawab. "Saya dapat menyulap segala hal." 

Setelah berpikir sejenak, sang hakim berkata, "Saya ingin kamu menghasilkan buah persik saat ini juga di depan saya." 

Saat itu musim dingin dan tanah diliputi oleh salju, jelas-jelas bukanlah musim untuk buah persik. Begitu mendengar permintaan hakim, bapak tersebut mengerutkan dahi. Ia berkata pada anak laki-lakinya, "Nak, karena Pak hakim ingin buah persik, kita harus berusaha yang terbaik dari kemampuan kita untuk mendapatkannya. Tapi di mana pada bumi ini dapat kita temukan buah persik di saat sekarang?"
"Sungguh mustahil untuk menemukan buah persik di bumi ini pada saat musim dingin," anak lelaki itu menjawab. "Satu-satunya tempat kita hanya bisa mendapatkannya di surga."
"Wah jika demikian, kita harus berusaha untuk mendapatkannya satu untuk Pak hakim meskipun itu berarti kita harus pergi ke surga."
Anak laki-laki terkejut mendengar jawaban ayahnya. " Tapi surga sangatlah tinggi, Bagaimana kita dapat mencapainya?"
"Pastilah ada cara," jawab sang ayah. Ia mengambil tali dari kotaknya dan dengan dorongan yang kuat melemparnya ke udara. Tali terus diperpanjang ke langit seakan-akan tali tersebut hidup.
Semua orang tekagum-kagum. Sang Bapak menengok pada anaknya, "Saya adalah seorang yang harus naik ke surga, tapi saya sudah tua dan tidak cekatan seperti dulu. Maukah kamu pergi ke sana ke tempatku ?"
"Tapi itu terlalu tinggi, dan tali itu sangat tipis," seru sang anak ketakutan."Bagaimana jika saya jatuh ?"
Sang Bapak berkata, "Anakku , tidak ada seorang pun yang mencintaimu sedalam-dalamnya seperti yang yang aku lakukan, tapi kehormatan kita lebih penting daripada hidup kita. Kita tidak dapat berbohong pada Pak hakim. Teruskan, jadilah anak yang berani dan mendakilah naik." Melihat tidak ada penjelasan yang dapat memundurkan situasi tersebut, anak lelaki tersebut melompat pada tali dan mulai mendaki mencapai langit. Akhirnya ia menghilang dari penglihatan.

Pada saat setiap orang menatap ke langit, tali tersebut tiba-tiba putus dan sebagian darinya jatuh ke tanah. Setiap orang berteriak ketakutan. Sang ayah sambil menangis, berkata. "Tambang tersebut telah putus, dan anak saya tidak dapat kembali ke bumi." Seketika itu, satu buah persik terjatuh dari langit. Sang ayah mengambil buah persik tersebut dan menghadiahkannya kepada Pak hakim. 

Setiap orang menatap buah persik dengan tidak percaya dan tiba-tiba satu kepala terjatuh di tengah-tengah kerumunan orang. Bapak tersebut meratap, "Ini kepala anak saya. Para dewa pasti telah memotongnya karena ia mencuri buah persik dari mereka." Tidak lama kemudian, dua tangan dan dua kaki dijatuhkan dari langit. Setiap orang ketakutan , dan tidak seorang pun tahu harus berbuat apa.

Bapak tersebut mengumpulkan kepala, tangan-tangan dan kaki-kaki dan menaruh semuanya ke dalam kotak. Lalu ia menutupi kotak dengan jasnya. Setiap orang menaik nafas mereka, terheran-heran apa yang sedang dilakukan oleh pesualp tersebut. Bapak itu tersenyum, menepuk kotaknya, ia berkata," keluarlah, nak. Pertunjukkan kita telah selesai dan setiap orang telah menikmatinya."
Kotak terbuka, dan sang anak berdiri dengan utuh.

----------------------------------------------------------
Pesan Master Cheng Yen:
Kita sering tidak mempercayai mata kita jika kita melihat pesulap menampilkan trik-trik sulapnya. Tapi sesungguhnya mereka hanyalah tergantung dari sulapan tangan. Tidak ada yang sungguhan jika kita melihat pada trik-trik mereka.
Bukankah hidup ini seperti sulap? Diamond Sutra mengatakan bahwa realitas adalah seperti mimpi, gelembung, cahaya kilat, setetes embun. Tidak ada yang tinggal selamanya. Sang Budha berkata," Tidak ada diri sendiri di dunia ini." Mata, telingga, hidung, lidah mana bagian saya? Saya ini apa?
'Saya' yang duduk berbicara disini kemarin tidaklah sama "saya" yang duduki di sini hari ini. Meski saya yang ada saat ini setiap saat bukanlah saya beberapa waktu yang lalu. Karena tidak ada sesuatu pun yang menetap, Apa yang ada di sana untuk menjadi tempelan?
Kita harus membiarkan segala yang melekat pada kita berlalu dan berhenti memisahkan hal-hal antara diri kita dan orang lain. Hanyalah dengan cara ini kita dapat memerankan peran kita sebaik-baiknya dan menjauhkan diri dari pertengkaran.